9-11 Juni 2014, LPTT Bandung bersama Sembilan mahasiswa asing yang tergabung dalam AIESEC ITB, menyelenggarakan kegiatan peduli lingkungan. Peserta berasal dari negara Inggris, Korea, China, India, Thailand dan New Zealand.
Senin, 9 Juni 2014
Mereka dijelaskan tentang persoalan lingkungan di Kota Bandung. Mulai dari persoalan luas ruang terbuka hijau dan area konservasi Bandung Utara yang semakin menyempit. Hingga persoalan banjir dan sampah yang belum tertangani optimal hingga saat ini. Berlangsung di aula gedung LPTT Bandung, kegiatan dipandu oleh Kang Dedi Supriyatna dan Kang Arif. Selain persoalan yang telah dipaparkan Kang Dedi, selanjutnya Kang Arif menjelaskan tentang kegiatan penanganan lingkungan yang telah dilaksanakan oleh LPTT Bandung, yaitu Bank Sampah dan Biokomposter.
Selasa, 10 Juni 2014
Agenda kegiatannya yaitu mengunjungi Sekolah dan RW binaan LPTT Bandung. Tujuannya, mengenalkan cara penanganan sampah di lingkungan sekolah serta melihat cara kerja Bank Sampah di masyarakat. Mahasiswa dibagi menjadi tiga tim, masing-masing beranggotakan 3 orang. Tiap tim berkunjung ke satu sekolah dan satu RW. Sekolah dan RW yang dikunjungi yaitu SMAN 11 Bandung, SMPN 15 Bandung, SMPN 7 Bandung, RW 02 Sukagalih, RW 11 Banpes serta RW 09 Pelindung Hewan.
KUNJUNGAN KE SEKOLAH
Kegiatan dipandu oleh siswa-siswi yang tergabung dalam ekstrakurikuler lingkungan hidup.
Melihat proses pembuatan kompos dan tanaman hidroponik.
KUNJUNGAN KE BANK SAMPAH
Pengelola Bank Sampah menjelaskan tata kelola dan proses administrasi Bank Sampah.
Rabu, 11 Juni 2014
Hari ini merupakan hari terakhir Mahasiswa AIESEC ITB berkegiatan dengan LPTT Bandung. Kegiatan pada hari ini yaitu praktek membuat starter kompos dengan metode TAKAKURA, dipandu oleh Kang Dadeng dan Kang Arif. Meski bahannya menggunakan sampah dan kotoran hewan, Mahasiswa AIESEC ITB tetap antusias melaksanakannya. Selanjutnya mereka mencoba membuat lubang biopori.
PRAKTEK MEMBUAT BIOPORI
PRAKTEK MEMBUAT TAS ANYAM DARI KEMASAN MINUMAN
Terakhir, mereka praktek mengolah sampah non organik didampingi Bunda Rena dan Kang Deni. Mereka diajarkan cara membuat tas anyam dari kemasan minuman sachet. Kegiatan ini bertujuan memanfaatkan bekas kemasan (memperpanjang usia pakai kemasan) sebelum akhirnya jadi sampah. Walaupun tak sempat menyelesaikannya, mahasiswa asing ini tahu bahwa dari sampah yang tidak bernilai bisa dijadikan barang pakai yang bernilai.
oleh: Prila Mahardhika Nurfeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar