Program Bandung Green and Clean (BGC) 2009, 2010, 2011, 2012 |
Gathering Pengepul dan Bank Sampah se-Kota Bandung
Acara Gathering yang dilaksanakan di Aula Bandung Green Institute (BGI) tanggal 24 Nopember 2012 ini dihadiri oleh 27 pengelola Bank Sampah di tingkat RW se-kota Bandung, dan dihadiri satu pengepul dan satu Bandar sebagai pembisnis sampah. Selain itu turut hadir relawan-relawan LPTT -BGC sebagai panitia pelaksana Gathering ini.
Kegiatan bank sampah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menghadapi dan menangani permasalahan sampah di kota Bandung. oleh karenanya apresiasi perlu diberikan kepada para pegiat lingkungan yang selalu memberikan waktunya untuk berfikir bagaimana mengelola lingkungan yang sehat dan bersih demi tujuan kota Bandung yang asri. Satu hal yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana pihak-pihak terkait memotivasi dan mengevaluasi bagaimana progres bank sampah saat ini bisa lebih dipahami dan diartikan dengan alur pemikiran yang sama terkait bagaimana ke depan kota Bandung yang asri. Selain itu, bank sampah sebagai inspirasi bagi masyarakat untuk selalu berinovasi dan menjadikan sampah memiliki nilai yang lebih.
Acara Gathering Pengepul dan Bank Sampah se-kota Bandung ini bertujuan membangun Sinergitas dan hubungan mutualisme antara pengelolaan Bank Sampah tingkat RW kota Bandung dengan pengepul yang terkoordinir dalam naungan Program Bandung Green and Clean (BGC). Sampah mesti diproses melaui beberapa tahap untuk mencapai tujuan dan nilai yang maksimal.
Dalam acara ini, peserta ikut meramaikan dengan mengungkapkan beberapa kendala dalam mengatur kegiatan bank sampah di wilayahnya masing-masing. Sehingga acara ini berjalan dengan dinamis dengan adanya bagi informasi aktual tentang kegiatan bank sampah di wilayahnya masing-masing. Apalgi saat penyampaian materi pertama tentang bagaimana kiat sukses menjadi pembisnis sampah yang disampaikan oleh Bapak Usep sebagai bandar sampah yang bisa dikatakan telah berhasil. Peserta memberikan tanggapan yang beragam tentang pengalaman beliau dengan mengajukan pertanyaan demi pertanyaan kepada beliau, sehingga acara menjadi semarak.
Materi pertama menceritakan bagaimana awal mula beliau terjun ke dunia sampah, khususnya bisnis sampah kertas yang terus berkelanjutan hingga saat ini yang telah memiliki lebih dari 300 pemesok. Beliau menyampaikan tentang lima keuntungan bisnis kertas yang berisi tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Barang ada selagi daya beli masyarakat ada.
2. Sampah tidak mengenal kadarluasa walau sudah beberapa tahun disimpan dan tidak membosankan.
3. Pabrik di Indonesia memerlukan banyak sampah kertas sebagai bahan baku yaitu,
a. sebagai campuran antara 60% pulp dan 40% dari kertas reuse (sampah kertas);
b. Hanya 10% pemasok sampah kertas untuk keperluan pabrik di Indonesia
4. Memandang bisnis sampah kertas sebagai hal yang spele, sehingga dalam bisnis ini menjadi satu hal yang menggembirakan jika dihubungkan dengan masalah persaingan bisnis.
5. Sampah kertas ada di mana-mana sehingga sampai saat ini beliau menyebutkan hampir rata-rata 60 ton/hari sampah kertas terkumpul.
Selanjutnya beliau menyampaikan beberapa tentang bagaimana tahapan bisnis sampahyang pernah beliau lakukan, diantaranya bahwa dalam melakukan bisnis tidak langsung mencapai kata “sukses”, akan tetapi ada beberapa tahap yang harus dilalui, baik itu manis ataupun pahit. Intinya adalah bahwa pengalaman akan memberikan wawasan dan keilmuan yang bertahap untuk menjadi seoang yang sukses. Dalam bisnis sampah juga untuk menjadi seorang bandar tidak langsung jadi seorang Bandar, tapi ada tahapan-tapan yaitu pemulung, pengepul, lapak dan bandar baru sampah tdijual ke pabrik.
Dari sela-sela materinya beliau mengatakan bahwa tak jarang pihak pabrik datang untuk memintanya menjadi pemasok sampah-sampah kertas. Ini menunjukkan bahwa sampah kertas memang benar-benar sangat dibutuhkan pabrik saat ini. Selanjutnya beliau juga menyebutkan beberapa kiat sukses menjadi penguasaha, dengan dua kata kunci yaitu jujur dan professional.
Beliau juga membuka pintu untuk siapa saja yang ingin melakukan studi banding ke tempatnya, bahkan membuka peluang bagi siapa yang ingin menyalurkan sampahnya kepada beliau. Diakhir materinya beliau menyebutkan bahwa dalam segala apapun yang dinamakan dengan bisnis, maka aka nada yang dinamakan dengan persaingan.
Acara Gathering ini dilanjutkan dengan Materi II yaitu diskusi tentang masalah lingkungan yang dikaitkan dengan program bank sampah. Diskusi ini dipandu oleh Pak Dadang Sudardja (Wa Dadang) yang memberikan stimulant kepada peserta dengan menyampaikan beberapa permasalahan terkait lingkungan yang yang sedang dan telah terjadi saat ini, khususnya di Kota bandung. beliau menyampaikan bahwa semua kejadian buruk lingkungan hari ini di kota Bandung adalah salah satu dari kegagalan pemerintah saat ini. Karena pemerintah dengan kekuasaannya bisa membuat satu kebijakan terhadap fenomena di lingkungan saat ini.
Beliau juga menambahkan bahwa masyakat harus proaktif dalam menanggapi segala kebijakan pemerintah dalam hal lingkungan yang kurang serius mewujudkan tujuan kota Bandung yang sinergis dengan kkebutuhan dan kepentingan masyarakat. Karena lingkungan yang asri akan melahirkan generasi yang sehat pula.
Selanjutnya beliau mengajak peserta untuk mengevaluasi bagaimana peran pemerintah kota Bandung, khususnya masalah apresiasi dan dukungan terhadap kegiatan bank sampah di tingkat RW. Dari diskusi yang berdurasi satu jam lebih ini, diantaranya mendapatkan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah
2. Rendahnya apresiasi pemerintah
3. Minimnya daya dukung/sarana dan prasarana untuk pengelolaan bank sampah
4. Minimnya pengetahuan pengelola bank sampah (manajemen)
5. Minimnya pengetahuan untuk memotivasi masyarakat
6. Kekurangan relawan untuk melakukan sosialisasi
7. Tidak memiliki model efektif untuk daya transfortasi TPS dan TPA yang maksimal
8. Sistem informasi perkembanagan harga di pasar.
Program Bandung Green School (BGS) 2011 |
Bandung Urban Farming Goes to School 2012 |
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Majalengka 2011
* * *